Showing posts with label history of malaria. Show all posts
Showing posts with label history of malaria. Show all posts

Monday, October 27, 2008

Cara Infeksi

Waktu antara nyamuk mengisap darah yang mengandung gametosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik.

Sporozoit adalah bentuk infektif. Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu :

  1. Secara alami melalui vektor, bila sporozoit dimasukkan ke dalam badan manusia dengan tusukan nyamuk.
  2. Secara induksi (induced), bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk ke dalam badan manusia melalui darah, misalnya transfusi, suntikan atau secara keongenital (bayi baru lahir menderita malaria oleh karena tertular ibunya melalui darah plasenta), atau secara sengaja untuk pengobatan terhadap berbagai penyakit (sebelumperang dunia ke 2); demam yang timbul dapat menunjang pengobatan berbagai penyakit seperti lues dan sindrom nefrotik.

BEBERAPA SIFAT PERBANDINGAN DAN DIAGNOSTIK PADA EMPAT SPESIES PLASMODIUM PADA MANUSIA

Sifat

P. falciparum

P. vivax

P. ovale

P. malariae

Daur praeritrosit

5,5 hari

8 hari

9hari

10-15 hari

Hipnozoit

-

+

+

-

Jumlah merozoit hati

40.000

10.000

15.000

15.000

Daur eritrosit

48 jam

48 jam

50 jam

72 jam

Eritrosit yg dihinggapi

Muda dan normosit

Retikulosit dan normosit

Retikulosit dannormosit muda

Normosit

Pembesaran eritrosit

-

++

+

-

Titik-titik eritrosit

Maurer

Schuffner

Schuffner (james)

Ziemann

Pigmen

Hitam

Kuning tengguli

Tengguli tua

Tengguli hitam

Jumlah merozoit

8 – 24

12 – 18

8 – 10

8

Daur dalam nyamuk pada 27°C

10 hari

8-9 hari

12-14 hari

26-28 hari


Sunday, October 26, 2008

Parasit Malaria Dalam Hospes Invertebrata ( Hospes Definitif)

Eksflagelasi

Bila nyamuk Anopheles betina menghisap darah hospes manusia yang mengandung parasit malaria, parasit aseksual dicernakan bersama dengan eritrosit, tetapi gametosit dapat tumbuh terus. Inti pada mikrogametosit membelah menjadi 4 sampai 8 yang masing-masing menjadi bentuk panjang seperti flagel (benang) dengan ukuran 20-25 mikron, menonjol keluar dari sel induk, bergerak-gerak sebentar dan kemudian melepaskan diri. Proses ini (eksflagelasi) hanya berlangsung beberapa menit saja pada suhu yang sesuai dan dapat dilihat dengan mikroskop pada sediaan darah basah yang masih segar tanpa diwarnai. Flagel atau gamet jantan disebut mikrogamet; makrogametosit mengalami proses pematangan (maturasi) dan menjadi gamet betina (makrogamet). Dalam lambung nyamuk, mikrogamet tertarik oleh makrogamet yang membentuk tonjolan kecil tempat masuk mikrogamet sehingga pembuahan dapat berlangsung. Hasil pembuahan ini disebut zigot.



Sporogoni

Pada permulaan, zigot merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak, tetapi dalam waktu 18-24 jam menjadi bentuk panjang dan dapat bergerak. Stadium seperti cacing ini berukuran 8-24 mikron dan disebut Ookinet. Ookinet kemudian menembus dinding lambung melalui epitel lambung ke dinding luar lambung dan menjadi bentuk bulat yang disebut Ookista. Jumlah ookista pada lambung anopheles berkisar antara beberapa buah sampai beberapa ratus buah. Ookista makin lama makin besar sehingga merupakan bulatan-bulatan transparan, berukuran 40-80 mikron dan mengandung butiran-butiran pigmen. Letak dan besar dari masing-masing butiran pigmen adalah khas pada tiap-tiap spesies Plasmodium. Bila Ookista makin membesar sehingga berdiameter 500 mikron dan intinya membelah-belah, pigmen tidak akan tampak lagi. Inti yang membelah-belah dikelilingi protoplasma yang merupakan berntuk-bentuk memanjang pada bagian tepi dan sehingga tampak sejumlah besar bentuk-bentuk yang kedua ujungnya runcing dengan inti ditengahnya (sporozoit) dan panjangnya 10-15 mikron. Kemudian ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan bergerak dalam rongga badan nyamuk untuk mencapai kelenjar liur. Nyamuk betina sekarang menjadi infektif. Bila nyamuk ini mengisap darah setelah menusuk kult manusia, sporozoit dimasukkan ke dalam dalam luka tusuk yangmencapai aliran darah hospes perantara. Sporogoni yang dimulai dari pematangan gametosit sampai menjadi sporozoit infektif berlangsung selama 8 sampai 35 hari, begantung pada suhu luar dan spesies parasit.

Friday, October 17, 2008

Parasit Malaria Dalam Hospes Vertebrata

Fase jaringan

Bila nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam kelenjar air liurnya, menusuk hospes,sporozoit yang berada dalam air liurnya akan masuk melalui probosis yang ditusukkan ke dalam kulit. Sporozoit segera masuk dalam peredaran darah dan setelah ½ sampai 1 jam, akan masuk ke dalam sel hati. Akan banyak yang dihancurkan oleh fagosit, akan tetapi sebagian tetap masuk ke dalam sel hati dan berkembang biak. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Inti parasit membelah diri berulang-ulang dan skizon jaringan (skizon hati) berbentuk bulat atau lonjong, menjadi besar sampai berukuran 45 mikron. Pembelahan inti disertai pembelahan sitoplasma yang mengelilingi setiap inti sehingga terbentuk beribu-ribu merozoit beinti satu dengan ukuran 0,1 mikron hingga 0,8 mikron. Inti sel hati terdorong ke tepi tetapi tidak reaksi di sekitar jaringan hati.

Fase ini berlangsung beberapa waktu hingga, tergantung dari jenis spesies parasit malria yang menyerang. (lihat tabel)

Spesies

Fase praeritrosit

Besar skizon

Jumlah merozoit

P. Vivax

6 8 hari

45 mikron

10.000

P. falciparum

5 ½ - 7 hari

60 mikron

40.000

P. malarie

12 - 16 hari

45 mikron

2000

P. ovale

9 hari

70 mikron

15.000

Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk ke dalam peredaran darah. Sebagian besar menerang eritrosit yang berada di sinusoid hati tetapi beberapa di fagositosis. Pada P. vivax dan P.ovale, sebagian sporozoit yang menjadi hipnozoit, setelah beberapa waktu ( beberapa bulan hingga 5 tahun) menjadi aktif kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses ini dianggap sebagi timbulnya relaps jangka panjang (long term relaps) atau rekurens ( recurrence).

P. falciparum dan p.malariae tidak memiliki fase eksoeritrosit sekunder,relapsnya disebabkan oleh proliferasi stadium eritrositik dan dikenal dengan istilah rekrudesensi (short term relapse). Rekrudesensi yang panjang kadang dijumpai pada P. malariae yang disebabkan oleh stadium eritrositik yang menetap dalam sirkulasi mikrokapiler jaringan. Kenyataan berikut ini menunjang bahwa rekurens (long term relapse), tidak ada pada P. malariae :

a) Infeksi P.malariae dapat disembuhkan dengan obat skizontosida darah saja.

b) Tidak pernah ditemukan skizon eksoeritrositik dalam hati manusia atau simpanse setalah suatu siklus praeritrositik.

c) Parasit dapat menetap dalam jangka waktu yang panjang dalam darah dapat dibuktikan pada beberapa kasus malaria transfusi.

Fase aseksual dalam darah

Waktu diantara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit malaria dalam darah tepi disebut masa pre-paten. Masa ini dapat dibedakan dengan masa tunas/inkubasi yang berhubungan dengan timbulnya gejala klinis penyakit malaria. Merozoit yang dilepaskan jaringan mulai menyerang se darah. Invasi merozoit tergantung pada interaksi reseptor pada membran eritrosit, glikoforin dan merozoit sendiri. Sisi anterior merozoit akan melekat pada membran eritrosit yang kemudian membran eritrosit akan menebal dan bergabung dengan membran plasma eritrosit, lalu melakukan invaginasi, membentuk vakuol dengan parasit berada di dalamnya. Pada saat merozoit masuk, selaput permukaan dijepit sehingga lepas. Seluruh proses ini memakan waktu sekitar 30 detik. Stadium termuda dalam darah berbentuk bulat kecil dan beberapa diantaranya mengandung vakuol sehingga sitoplasma terdorong ke tepi dan inti berada di kutubnya. Oleh karena sitoplasma mempunyai bentuk lingkaran , maka parasit muda dikatakan berbentuk cincin. Selama pertumbuhan, bentuknya berubah menjadi tidak teratur. Stadium muda ini disebut trofozoit. Parasit mencernakan hemoglobin dalam eritrosit dan sisa metabolismenya berupa pigmen malaria (hemozoin dan hematin). Pigmen yang mengandung zat bersi ini dapat dilihat dalam parasit sebagai butir-butir berwarna kuning tengguli hingga tengguli hitam yang makin jelas pada stadium lanjut. Setelah masa pertumbuhan, parasit berkembang biak secara aseksual melalui proses pembelahan yang disebut skizogoni. Inti parasit membelah menjadi beberapa inti yang lebih kecil kemudian melanjutkan dengan pembelahan sitoplasma untuk membentuk skizon.Skizon matang mengandung bentuk-bentuk bulat kecil, terdiri dari inti dan sitoplasma yang disebut merozoit.

Setelah skizogoni selesai, eritrosit pecah dan merozoit dilepaskan dalam aliran darah (sporulasi). Kemudian merozoit akan memasuki eritrosit baru dan generasi lain dibentuk dengan cara yang sama. Pada daur eritrosit, skizogoni berlangsung berlulang-ulang selama infeksi dan menimbulkan prasitemia yang meningkat dengan cepat sampau proses dihambat oleh proses imun hospes.

Perkembangan parasit dalam eritrosit menyebabkan perubahan pada eritrosit, yaitu menjadi lebih besar,pucat dan bertitik-titik pada P. vivax. perubahan ini khas untuk spesies parasit. Periodisitas skizogoni fase eritrosit berbeda-beda tergantung dari jenis spesiesnya. Daur skizogoni fase eritrosit berlangsung 48 jam (2 hari) pada P. vivax dan P. ovale, kurang dari 48 jam pada P. falciparum dan 72 jam pada P. malariae. Pada stadium permulaan infeksi dapat ditemukan beberapa kelompok (broods) parasit yang tumbuh pada saat yang berbeda-beda sehingga gejala demam tidakmenunjukkan periodisitas yang jelas. Kemudian periodisitasnya menjadi lebih sinkron dan gejala demam memberi gambaran tersian atau kuartan.

Fase seksual dalam darah

Setelah sampai 2-3 generasi (3-15 hari) merosoit dibentuk, sebagaian merozoit tumbuh menjadi bentuk seksual . Proses ini disebut gametogoni (gametositogenesis). Bentuk seksual tumbuh tetapi intinya tidak membelah. Gametosit mempunyai bentuk yang berbeda pada berbagai spesies, pada P. falciparum bentuknya seperti sabit/pisang bila sudah matang, pada spesies lainnya bentuknya bulat.

Pada semua spesies plasmodium dengan pulasan khusus, gametosit betina (makrogametosit) mempunyai sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil padat dan pada gametosit jantan (mikrogametosit) sitoplasma berwarna biru pucat atau merah muda dengan inti besar dan difus. Kedua macam gametosit mengandung banyak butir-butir pigmen.

Saturday, October 11, 2008

History Of Malaria


Malaria has infected humans for over 50,000 years, and may have been a human pathogen for the entire history of our species.Indeed, close relatives of the human malaria parasites remain common in chimpanzees, our closest relatives. References to the unique periodic fevers of malaria are found throughout recorded history, beginning in 2700 BC in China. The term malaria originates from Medieval Italianmala aria — "bad air"; and the disease was formerly called ague or marsh fever due to its association with swamps and marsh land.

Scientific studies on malaria made their first significant advance in 1880, when a French army doctor working in the military hospital of Constantine inAlgeria named Charles Louis Alphonse Laveran observed parasites for the first time, inside the red blood cells of people suffering from malaria. He therefore proposed that malaria was caused by this protozoan, the first time protozoa were identified as causing disease. For this and later discoveries, he was awarded the 1907 Nobel Prize for Physiology or Medicine. The protozoan was called Plasmodium by the Italian scientists Ettore Marchiafava and Angelo Celli. A year later, Carlos Finlay, a Cuban doctor treating patients with yellow fever in Havana, provided strong evidence that mosquitoes were transmitting disease to and from humans. This work followed earlier suggestions by Josiah C. Nott, and work by Patrick Mansonon the transmission of filariasis.

However, it was Britain's Sir Ronald Ross working in the Presidency General Hospital in Calcutta who finally proved in 1898 that malaria is transmitted by mosquitoes. He did this by showing that certain mosquito species transmit malaria to birds and isolating malaria parasites from the salivary glands of mosquitoes that had fed on infected birds. For this work Ross received the 1902 Nobel Prize in Medicine. After resigning from the Indian Medical Service, Ross worked at the newly-established Liverpool School of Tropical Medicine and directed malaria-control efforts in EgyptPanamaGreece andMauritius. The findings of Finlay and Ross were later confirmed by a medical board headed by Walter Reed in 1900, and its recommendations implemented by William C. Gorgas in the health measures undertaken during construction of the Panama Canal. This public-health work saved the lives of thousands of workers and helped develop the methods used in future public-health campaigns against this disease.

The first effective treatment for malaria was the bark of cinchona tree, which contains quinine. This tree grows on the slopes of the Andes, mainly in Peru. This natural product was used by the inhabitants of Peru to control malaria, and the Jesuits introduced this practice to Europe during the 1640s where it was rapidly accepted. However, it was not until 1820 that the active ingredient, quinine, was extracted from the bark, isolated and named by the French chemists Pierre Joseph Pelletier and Joseph Bienaimé Caventou.

In the early twentieth century, before antibiotics, patients with syphilis were intentionally infected with malaria to create a fever, following the work of Julius Wagner-Jauregg. By accurately controlling the fever with quinine, the effects of both syphilis and malaria could be minimized. Although some patients died from malaria, this was preferable to the almost-certain death from syphilis.

Although the blood stage and mosquito stages of the malaria life cycle were identified in the 19th and early 20th centuries, it was not until the 1980s that the latent liver form of the parasite was observed. The discovery of this latent form of the parasite finally explained why people could appear to be cured of malaria but still relapse years after the parasite had disappeared from their bloodstreams.

Popular Posts