Thursday, October 16, 2008

Mengenal malaria

PARASIT MALARIA

Sejarah

Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman yunani kuno. Oleh karena secara klinik malaria memiliki gejala yang khas dan mudah dikenali yakni demam yang naik turun secara siklik dan teratur, maka pada waktu itu sudah dikenal febris tertiana dan febris kuartana. Disamping itu terdapat gejala kelainan pada limpa yakni limpa membesar, splenomegali, dan menjadi keras, sehingga dulu penyakit ini disebut demam kura.

Meskipun penyakit ini telah diketahui sejak lama, penyebabnya waktu itu belum diketahui. Dahulu diduga disebabkan oleh hukuman dari dewa-dewa karena waktu itu wabah ada di sekita kota roma. Karena penyakit ini banyak dijumpai di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk di sekitarnya, maka ia disebut “malaria” (mal area = udara busuk =bad air).

Baru pada abad ke-19, Laveran melihat bentuk “pisang” dalam darah penderita malaria yang kemudian diketahui bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk (Ross, 1897) yang banyak terdapat di rawa-rawa.

Hospes

Parasit malaria termasuk pada genus Plasmodium. Pada manusia terdapat empat spesies : Plasmodium falciparum, Plasmodium ovale, Plasmodium vivax, Plasmodium malarie. Pada kera ditemukan spesies-spesies malaria yang hampir sama dengan jenis yang terdapat pada manusia antara lain : Plasmodium cynomolgi, menyerupai Plasmodium vivax, Plasmodium knowlesi menyerupai Plasmodium falciparum, dan plasmodium malarie. Plasmodium Rodhaini pada simpanse di Afrika dan Plasmodium brazilianumdi Amerika sleatan sama dengan Plasmodium malarie pada manusia. Manusia dapat diinfeksi oleh parasit malaria kera secara alami dan eksperimental, begitupun sebaliknya dapat terjadi.

Distribusi geografik

Malaria ditemukan 64° lintang utara (archangel di Rusia) sampai 32° Lintang selatan (Cordoba di Argentina), dari daerah rendah 400 m di bawah permukaan laut (laut mati), sampai 2600 m di atas permukaan laut (Londiani di Kenya) atau 2800 m (Cochabamba di Bolivia). Antara batas-batas garis bujur dan gari lintang terdapat daerah yang bebas malaria. Di Indonesia, malaria tersebar hampir di seluruh kepulauan terutama di wilayah timur Indonesia.

Morfologi dan daur hidup

Daur hidup keempat spesies malaria pada manusia umumnya sama. Proses ini terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebrata.

Fase aseksual mempunyai 2 daur, yaitu :

  1. Daur eritrosit dalam darah (skizogoni eritrosit)
  2. Daur dalam parenkim hati (skizogoni eksoeritrosit) atau stadium jaringan. Terbagi lagi
  • Skizogoni praeritrosit (skizogoni eksoeritrosit primer) yakni setelah sporozoit masuk ke dalam sel hati.
  • Skizogoni eksoeritrosit sekunder, yakni ketika berlangsung siklus praeritrosit ulangan dalam sel hati.

Pada penelitian malaria primata, menunjukkkan bahwa ada dua populasi sporozoit yang berbeda, yakni sporozoit yang secara langsung mengalami pertumbuhan dan sporozoit yang tetap “tidur” (dorman) selama periode tertentu yang disebut “hipnozoit”, sampai menjadi aktif kembali dan mengalami skizogoni. Pada infeksi P. falciparum dan P. malarie hanya terdapat satu generasi aseksual dalam hati sebelum daur dalam darah dimulai (tidak ada hipnozoit); sesudah itu daur dalam hati tidak dilanjutkan lagi. Pada infeksi P.vivax dan P.ovale daur eksoeritrosit berlangsung terus menerus sampai bertahun-tahun melengkapi perjalanan penyakit yang dapat berlangsung lama (bila tidak diobati) disertai banyak relaps.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts