Tuesday, September 1, 2009

Mengenal Plasmodium vivax

Plasmodium vivax merupakan jenis parasit malaria yang menyebakan penyakit malaria vivaks atau dikenal pula sebagai malaria tersiana/tertiana dimana demam setelah hari pertama terjadi lagi pada hari ketiga (interval 48 jam).
plasmodium-vivax-fase-trofozoit-tua
Plasmodium vivax pada fase trofozit tua dalam sel darah merah (pewarnaan Giemsa). Sumber : wikipedia
Parasit malaria jenis ini banyak ditemukan di daerah  subtropik meskipun dapat pula ditemukan di daerah dingin Rusia, sementara di daerah tropis Afrika (terutama afrika barat), jarang ditemukan. Di Indonesia sendiri plasmodium vivax tersebar hampir di seluruh kepulauan dan pada umumnya di daerah yang mengalami endemi malaria, P.vivax merupakan penyebab dengan frekuensi tertinggi dibanding spesies parasit malaria lainnya.

Morfologi dan Daur Hidup 

Nyamuk anopheles betina memasukkan sporozoit melalui tusukannya  ke peredaran darah perifer manusia. Setelah kira-kira setengah jam sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan akan tumbuh menjadi skizon hati dan sebagian menjadi hipnozoit (skizon tidak aktif). Skizon hati  masih berada dalam daur praeritrsoit atau daur eksoeritrosit primer yang berkembangbiak secara aseksual dan disebut skizogoni hati. Ukuran skizon hati sekitar 45 mikron dan membentuk  kurang lebih 10.000 merozoit.

Hipnozoit akan berada pada fase tidak aktif dalam sel hati selama beberapa waktu (biasanya kurang lebih tiga bulan) sampai aktif kembali dan memulai daur eksoeritrosit sekunder dimana merozoit  dari skizon hati akan masuk ke peredaran darah dan menghinggapi eritrosit untuk memulai pembiakan aseksual berikutnya (skizogoni darah). Merozoit memiliki 2 jenis protein khas di kutub apeksnya (PvRBP-1 and PvRBP-2) yang membuatnya memiliki kemampuan untuk melakukan penetrasi ke dalam sel eritrosit dengan mengintervensi antigen darah jenis duffy (Fy6). Inilah sebab mengapa plasmodium vivax ini jarang/tidak ada ditemukan di afrika barat oleh karena manusia yang asli daerah tersebut tidak memiliki antigen jenis ini [Fy (a-b-)].

Merozoit dari skizon eritrosit  akan tumbuh menjadi trofozoit muda yang berbentuk cincin dan berukuran kira-kria 1/3 ukuran eritrosit. Dengan teknik pewarnaan Giemsa akan tampak trofozot muda ini memiliki  sitoplasma berwarna biru, inti berwarna merah dan memiliki vakuol yang besar. Sementara eritrosit yang dihinggapi parasit P.vivax ini akan mengalami  perubahan menjadi besar, berwarna pucat dan memiliki bintik-bintik halus berwarna merah yang mmeiliki bentuk serta ukuran yang sama besar. Titik ini disebut sebagai titik schuffner. Seabgai catatan merozoit hanya dapat menyerang eritrosit muda (retikulosit).

Trofozoit muda kemudian akan berkembang menjadi trofozoit stadium lanjut (tofozoit tua) yang sangat aktif sehingga sitoplasmanya tampak berbentuk ameboid. Pigmen dari parasit ini menjadi makin nyata dan berwarna kuning tengguli. Skizon matang dari daur eritrosit mengandung 12-18 buah merozoit dan  dan mengisi seluruh eritrosit dengan pigmen berkumpul di bagian tengah atau pinggir.

Daur eritrosit plasmodium vivax berlangsung selama 48 jam dan terjadi secara sinkron. Meski demikian, dalam darah tepi dapat ditemukan semua stadium parasit dari daur eritrosit, sehingga gambaran dalam sediaan darah tidak uniformm kecuali pada hari-hari permulaan serangan pertama.

Setelah daur eritrosit berlangsung beberapa kali, sebagian merozoit yang tumbuh menjadi trofozoit dapat memiliki sel kelamin dan kini disebut makrogametosit dan mikrogametosit (gametogoni) yang bentuknya bulat atau lonjong, mengisi hampir seluruh eritrosit dengan titik schuffner sendiri masih akan tampak di sekitarnya.

Makrogameteosit (betina) mmeiliki sitoplasma berwarna biru (pulasan Giemsa) dengan inti yang kecil, padat dan berwarna merah. Mikrogametosit (jantan) biasanya bulat, sitoplasma berwarna pucat, birukelabu dengan inti yang yang besar, pucat dan difus. Inti biasanya terletak di tengah. butir-butir pigmen, baik pada makrogametosit maupun mikrogaetosit, jelas dan tesebar pada sitoplasma.

Kemudian fase perkembangan selanjutnya dalam tubuh nyamuk terjadi daur seksual (sporogoni) yang berlangsung selama enam belas hari pada suhu sekitar 20 °C dan 8-9 hari pada suhu 27 °C. Di bawah 15 °C perkembangbiakan secara seksual tidak mungkin berlangsung.

Ookista muda dalam nyamuk memilki 30-40 butir pigmen berwarna tengguli dalam bentuk granula halus tanpa susunan khas.

Patologi dan Gejala Klinis

Masa  tunas intrinsik biasanya dalam 12-17 hari, tetapi pada beberapa strain Plasmodium vivax dapat sampai 6-9 bulan atau mungkin lebih lama. Serangan pertama dapat berupa gejala prodormal seperti sakit kepala, nyeri punggung, mual dan malaise (kelemahan) umum. Pada serangan relaps, sindrom prodormal biasanya ringan atau bahkan tidak ada. Demam tidak teratur pada 2-4 hari eprtama, tetapi kemudian terjadi intermitten dengan perbedaan nyata pada pagi dan sore hari, suhu meninggi kemudian menurun menjadi normal. Kurva demam pada permulaan penyakit berpola tidak teratur, disebabkan karena adanya beberapa kelompok  (brood) parasait yang masing masing memiliki saaat sporulasi sendiri. akan tetapi kurva demam menjadi teratur yaitu dengan periodisitas 48 jam. 

Serangan demam dapat terjadi pada siang atau sore hari dan mulai jelas dengan stadium menggigil, panas dan berkeringat yang klasik. suhu badan dapat mencapai 406 °C (105 °F) atau lebih. Mual dan muntah serta herpes pada bibir dapat ditemukan. Pusing, mengantuk, atau gejala lain yang ditimbulkan oleh iritasi serebral dapat terjadi tetapi hanya berlangsung sementara. Anemia pada serangan pertama biasanya belum jelas atau tidak berat tetapi pada malaria menahun menjadi lebih jelas. Bila terjadi bersamaan dengan malnutrisi atau penyakit lain maka serangan akan tampak sangat berat. Malaria jenis ini penting bukan karena angka kematiannya tetapi karena kelemahan penderita yang disebabkan oleh relapsnya yang menahun.

Limpa penderita pada serangan pertama mulai membesar, denga konsistensi lembek dan mulai teraba pada minggu kedua. Sementara pada malaria menahun limpa menjadi sangat besar, keras dan kenyal. Trauma kecil saja (misalnya pada suatu kecelakaan) dapat menyebabkann ruptur limpa yang membesar tersebut akan tetapi hal ini jarang terjadi. 

Pada serangan pertama, jumlah parasit p.vivax kecil dalam peredaran darah tepi, tetapi bila demam tersiana telah berlangsung, jumlahnya bertambah besar. Kira-kira satu minggu setelah serangan pertama, stadium gametosit tampak dalam darah. Suatu serangan tunggal yang tidak diberi pengobatan, dapat berlngsung beberapa minggu dengan serangan demam yang berulang-ulang. Pada kira-kira 60% kasus yang tidak diberi pengobatan atau diobatai namun tidak adekuat dapat timbul relaps sebagai rekrudesensi atau short term relapse.

Diagnosis

Diagnosis malaria vivaks ditegakkan dengan penemuan langsung Parasit Plasmodium Vivax pada sediaan darah yang dipulas dengan Giemsa. Oleh karena parasit hanya menyerang sel darah merah muda (retikulosit) maka paling banyak hanya ditemukan sekitar 3 % dari seluruh sel darah merah darah tepi.

Prognosis

Prognosis malaria oleh karena infeksi plasmodium vivaks biasanya baik,dan tidak sampai menyebabkan kematian. Bila tidak diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung selama 2 bulan atau lebih. rata-rata infeksi berlangsung selama 3 tahun bila tidak mendapat pengobatan. Tetapi pada beberapa kasus dapat juga berlangsung lebih lama oleh karena sifat relapsnya yaitu rekrudesens dan rekurens.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts